Minggu, 22 Juli 2012

All about our Friendship

Diceritakan hidup dua orang sahabat yang keduanya saling menyayangi dan mengasihi, baik dalam suka maupun duka, mereka berdua hidup dari kalangan yang sangat bertolak belakang. Yang satu (Rachmy) dia berasal dari kalangan yang sangat kaya raya, sedangkan yang satunya lagi (Azza) sahabatnya hidup dari kalangan biasa-biasa bahkan bisa dibilang kurang mampu. Sejak duduk di bangku SD hingga duduk di bangku SMA mereka selalu bersama-sama dan saling mendukung satu sama lain.
            Ketika lulus dari SMA dengan sangat berat hati Azza harus menyampaikan kepada sahabatnya bahwa ia tidak bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Rachmy          : “ Azza sahabatku, saat ini kita telah lulus dari SMA, Za mau melanjutkan ke mana?”
Azza                : “Ra, jauh didalam lubuk hati, Za ingin sekali melanjutkan ke Universitas di          luar negeri, dan mengambil Fakultas Kedokteran Spesialis Kanker Otak… namun …??
Rachmy          : “Namun kenapa??”
Azza                : “Ra kan tau sendiri bagaimana kehidupan Azza, jangankan untuk kuliah, untuk makan sehari-hari saja masih kesulitan.!”
Rachmy          : “Za kan bisa pakai uang Rachmy..!”
Azza                : “Tidak Ra, Za sudah banyak sekali merepotkan keluarga Rachmy, Za tidak mau menambah beban Rachmy lagi..!”
Rachmy          : “Tapi Za..”
Azza                : “Ra, semua orang itu mempunyai harapan, tapi tidak semua harapan itu bisa kita capai, lebih baik Za sekarang mencarin pekerjaan untuk menambah penghasilan dan mengurangi beban orang tua.”
Rachmy          : “Ya jika menurut Za itu yang terbaik, Ra akan selalu mendukung…!”
2
Azza                : “Ra, Azza boleh minta tolong sesuatu ngga..??”
Rachmy          : “Apa? Kalau Rachmy bisa pasti Ra bantu..”
Azza                : “Ra mau ngga masuk Fakultas Kedokteran Spesialis Kanker Otak? Supaya tidak ada lagi orang yang menderita karena penyakit itu..!
Rachmy          : “Apa?? Baiklah jika begitu, Azza adalah sahabat Rachmy, jika itu membuat hati Za senang Ra akan melakukannya.”
Azza                : “Makasih ya Ra…? Ra emang sahabat Za yang paling baik. Ya sudah lebih baik kita pulang dan Rachmy segera mempersiapkan keberangkatan Rachmy ke luar negeri untuk kuliah.”
Rachmy          : “Baiklah Assalamu’alaikum..”
Azza                : “Wa’alaikumsalam..”
            Mereka berdua pulang kerumah masing-masing, seminggu kemudian Azza mengantar Rachmy ke bandara untuk kepergiannya ke luar negeri demi memenuhi keinginannya.
Azza                : “Ra, jaga diri Ra baik-baik ya? Ra harus pulang dengan membawa gelar Dokter Spesialis Kanker Otak. Aku akan selalu mendo’akan untuk keberhasilan Rachmy, dan Azza akan selalu merindukan Rachmy.”
Rachmy          : “Za? Jaga kesehatan ya? Jangan terlalu capek dan jangan telat makan lagi, kalau ada apa-apa di Indonesia segera kabari aku.”
Azza                : “Pasti Za akan baik-baik aja disini, Ra harus fokus belajar, Za akan setia menanti kepulangan Ra ke Indonesia.”
Rachmy          : “Za…??” (mereka bersua berpelukan). “Rachmy pergi dulu ya? Sampai jumpa sahabat..!!”
            Dengan perasaan sedih Rachmy pergi dari tempat Azza berdiri. Air mata terurai di pipi. Dengan melambaikan tangan Rachmy pergi, Azza terisak tangis tak kuat menahan kesedihannya.

3
Sesungguhnya ada sesuatu hal dibalik permintaan Azza kepada Rachmy untuk kuliah di Fakultas Kedokteran Spesialis Kanker Otak. Sesungguhnya 6 bulan terakhir ini Azza difonis mengidap penyakit tersebut. Azza tidak pernah menceritakan hal ini kepada sahabatnya itu, karena dia takut sahabatnya sedih dan cemas dengan keadaannya saat ini. Azza selalu menunjukkan sikap ceria dihadapan Rachmy supaya Rachmy tak mengira bahwa ia sakit parah.
            Selama Rachmy di luar negeri, kesehatan Azza berangsur-angsur menurun, dia selalu sakit-sakitan dan semakin hari semakin parah. Namun ia tidak pernah menceritakan kepada sahabatnya yang tengah menuntu ilmu di luar negeri itu. Ia selalu murung merindukan kepulangan sahabatnya. Canda tawa yang selalu menghiasi bibir Rachmy kini hanya bisa ia lihat dalam angan dan mimpinya. Kini hanya penyakitnya lah yang setia menggerogoti tubuhnya yang kian hari kian melemah.
Sambil memandangi foto Rachmy yang ada di genggamannya Azza berkata dalam hati:
Azza                : “Rach… kapan Rachmy pulang? Azza rindu akan kebersamaan kita saat dulu kala. Ya Allah lindungi sahabatku disana.. amin..!”

8 Tahun Kemudian
            Suatu ketika Rachmy menelpon Azza dan mengabarkan bahwa besok ia akan pulang ke Indonesia dengan membawa gelar sarjana Kedokteran Spesialis Kanker Otak yang Azza selama ini impikan.
Rachmy          : “Hallo.. Assalamu’alaikum wr.wb.”
Azza                : “Wa’alaikumsalam Wr.Wb.”
Rachmy          : “Za besok Rachmy pulang ke Indonesia, Za jemput aku ya di bandara, Ra udah ga sabar pengen ketemu Azza. Oke??”
Azza                : “Pasti nanti besok pagi-pagi sekali Azza akan jemput Ra ke bandara.”
Rachmy          : “Baiklah…! Assalamu’alaikum..”
Azza                : “Wa’alaikumsalam…”
4
Keesokan harinya Azza bergegas ke bandara, dengan perasaan yang tak menentu, sedih, haru, senang campur jadi satu. Namun, disaat Azza menunggu kedatangan Rachmy dia merasakan sakit di kepalanya yang teramat sangat, hingga ia tak tahan dan akhirnya pingsan. Petugas bandara membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Di tangannya tergenggam sebuah diari kecil yang selalu setia menemaninya dan setia mendengarkan semua curhatnya.
            15 menit kemudian Rachmy tiba di bandara, dia begitu senang dan tidak sabar ingin segera memeluk sahabatnya itu, namun setelah lama ia menunggu Azza belum juga terlihat olehnya. Hingga kesabarannya benar-benar habis, ia mengira bahwa Azza telah melupakan janjinya dan tak peduli lagi akan dirinya.
            Rachmy pun memutuskan untuk menelpon sahabatnya, namun yang mengangkat adalah suster Rumah Sakit.
Suster              : “Hallo…..”
Rachmy          : “Hallo, Za jahat, Za tidak menepati janji, aku pikir selama aku di luar negeri kamu tidak akan berubah, tapi kenyataannya lain, kamu udah lupa dengan persahabatan kita, aku kecewa sama kamu Za….!!!”
Suster              : “Maaf mbak, saya suster dari Rumah Sakit Meilia.. Pasien yang bernama mbak Azza saat ini sedang kritis, tadi ada petugas bandara yang membawanya ke Rumah Sakit ini.”
Rachmy          : “Apa?????” (terkejut).
            Begitu Rachmy mendengar kabar dari suster yang mengangkat telponnya itu ia menangis dan tak sadar HandPhone yang ada di genggamannya jatuh. (prayyy). Ia berlari, kemudian ia naik sebuah taxi untuk menyusul sahabatnya yang tengah kritis di Rumah Sakit. Dan setibanya di Rumah Sakit Rachmy histeris dan memaksa masuk ke Ruang UGD, namun suster menahannya masuk.
Rachmy          : “Suster bagaimana keadaan sahabat saya?? Saya harus memastikannya sus!”
Suster              : “Mbak tenang dulu ya? Mbak nggak boleh masuk ke ruang UGD. Mbak sabar ya? Maaf ya mbak?”
5
Rachmy          : “Enggak sus, saya harus masuk untuk memastikan keadaan sahabat saya sus, saya mohon..!”
Suster              : “Maaf mbak, ini demi kebaikan pasien, mbak harus sabar ya? Lebih baik mba berdo’a kepada Allah untuk keselamatan pasien.”
            Suster berusaha menenangkannya dan Rachmy begitu terpukul dengan kenyataan yang menimpa sahabatnya tersebut. Ia menangis dan begitu menyesal. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri. Ia berpikir harusnya dari awal ia mengerti mengapa Azza memintanya untuk Kuliah di Fakultas Kedokteran Spesialis Kanker Otak, semua itu Azza minta karena ia tengah mengalaminya dan ia merasa bodoh sebagai seorang sahabat ia tidak pernah tahu akan penyakit yang di derita sahabatnya itu.
Rachmy          : “Aku memang bodoh… semua ini kesalahanku andai saja aku tahu dari awal, pasti semuanya tidak akan separah ini… aku memang bodoh…”
Beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruangan dan berkata:
Dokter            : “Siapa yang bernama mbak Rachmy??”
Rachmy          : “Saya dok,, bagaimana keadaan sahabat saya dok? Dia baik-baik saja kan dok??”
Dokter            : “Pasien meminta anda untuk menemuinya, lebih baik anda melihatnya sendiri sebelum semuanya terlambat..”
Rachmy masuk ke ruang UGD.
Rachmy          : “Azza, kamu nggak apa-apa kan?? Kamu baik-baik aja kan pasti suster tadi bohong kan Za? Za tidak mengidap penyakit kanker otak kan??”
Azza                : “Ra,, maafin aku…”
Rachmy          : “Za,, kenapa kamu tidak pernah menceritakannya padaku?? Kenapa ??”
Azza                : “Ma…afkan Azza gak bisa tepatin janji untuk menjemput Ra di bandara.”
6
Rachmy          : “Enggak Za, nggak apa-apa. Yang penting kamu sembuh ya?? Demi persahabatan kita..”
Azza                : “Rachmy jadi dokter yang hebat ya?? Za sayang Ra,, maafin Azza…. La Ilaha illallah muhammadurosululloh..”
            Azza pun menutup kedua mata dan tidur dengan tenang untuk selama-lamanya.
Rachmy          : “Tidak… Za bangun Za,, bangun…Za nggak boleh tinggalin aku,, Za bangun.!”
Dokter            : “Sabar ya mbak??..”
Rachmy          : “Za banguuuuuun…”
            Rachmy menangis sambil memeluk sahabatnya yang telah tak bernyawa lagi, dan Rachmy melihat sebuah diari kecil di genggaman Azza. Ia mengambil dan membacanya. Di dalam diari itu tertulis kisah persahabatan mereka yang begitu indah. Dari awal mereka berjumpa di bangku SD hingga detik-detik tersulit ketika Azza harus melalui sisa-sisa hidupnya.
            Persahabatan mereka begitu indah, kini tiada lagi sahabat yang selalu tersenyum untuknya, yang setia menghiburnya, tiada lagi tawa tuk menghapus luka dihati. Kini tinggallah sepenggal kenangan manis kisah persahabatan antara Azza dan Rachmy yang akan selalu melekat dihatinya. Waktu pun berlalu. Kini Rachmy menjadi seorang dokter Spesialis Kanker Otak yang hebat, dan ini ia lakukan untuk sahabatnya “AZZA”.
Cerita indah yang akan selalu ia kenang sepanjang hidupnya, terlintas dalam ingatannya senyum seorang sahabat yang menjadi semangat juangnya……
TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar