Apa
jadinya ketika Cici bertemu dengan Cici yang lain ? Biasa aja sih ya ,, nothing
special.
Okeh kita mulai bercerita.
Jadi
gini ceritanya, waktu itu saya menemani bapak untuk ikut acara reuni di
sekolahnya dulu, tepatnya di STMN 1 Garut. Disana suasananya ramai sekali, riuh
tak terkendali. Ya iya lah yaaa, namanya juga acara reuni, tujuannya kan temu
kangen. Beragam kalangan ada disana, ada yang jadi pejabat, pengusaha, dokter,
dan banyak lagi. Sepertinya yang jadi kuli pabrik macam bapak juga banyak.
Heheh. Oke skip aja.
Ketika
acara dimulai, tepatnya acara hiburan, bapak bertemu seorang laki-laki yang
postur tubuhnya tidak jauh beda dengan bapak. Tinggi, putih, kumisnya tebal,
perutnya buncit, badannya tegap, senyumnya khas sekali. Haha. Setelah laki-laki
itu mendekat, nampaknya mereka sangat akrab sekali. Usut punya usut ternyata
dia adalah rekan setongkrongan bapak waktu dulu namanya “Supandi” aku
memanggilnya “Om Andi”. Tak lupa mereka memperkenalkan anaknya masing-masing.
Sungguh tak dinyana ketika aku diperkenalkan dengan anak Om Andi, ternyata
anaknya juga perempuan sama sepertiku. Lah terus masalahnya dimana? Oke , wait
! aku jelaskan permasalahannya! Masalahnya adalah anak itu kok gayanya mirip
dengan saya. Dari segi fisik juga nggak jauh beda. Aku seperti menemukan
kembaranku yang hilang . (halah lebay). Dan ada lagi yang membuat ku menjadi
sangat tertohok, jadi ternyata anak Om Andi itu namanya “CICI AMELIA”. Waww…
Sontak
si “Cici Amelia” pun kaget sembari agak melongo. (ekspresinya persis sepertiku
saat dilanda kekagetan saat itu). Inilah takdir yang sungguh tak bisa
disangka-sangka oleh nalar. Sungguh indah sekali rencana Allah mempertemukan
kami yang katanya mirip.
Bapak
dan Om Andi juga sama kagetnya ketika melihat kami mirip. (atau jangan-jangan
kami ini “CICI YANG DITUKAR”?) (korban sinetron).
Setelah
perkenalan pun “Cici Emilia” ngobrol dengan “Cici Amelia”, disana kita ngobrol
banyak ngalor ngidul gak jelas. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan perbedaan
antara “Cici Emilia” vs “Cici Amelia”. Beginilah kira-kira
Cici
Emilia : Kulitnya hitam pekat bila tertawa manis sekali (narsis dikit), tubuhnya kecil kurus kering kerontang, apabila
bicara suaranya sember, cerewet bawel dan nyerocos, pecicilan gak mau diem dan
malu-maluin, juga tidak terlalu feminim.
Cici
Amelia : Kulitnya bersih terawat, tubuhnya kecil berisi dan padat namun tidak
buntet, apabila bicara suaranya lirih lembut, sedikit pendiam dan pemalu, juga
sangat feminim dan kemayu ala-ala puso (putri solo).
Oke
skip. Aku ceritakan kekagumanku terhadap Cici Amelia yang ternyata usianya
dengan usiaku hanya terpaut 2 tahun. Jelas aku yang lebih tua. Cici Amelia ini
siswa berprestasi di salah satu SMA Negeri di Garut. Ia pernah menyabet juara
umum di sekolahnya dan mendapat beasiswa full sampai ia lulus sekolah, beda
banget sama Cici Emilia yang cuma bisa nyabet juara parallel itupun urutan
ketiga yang dapet beasiswanya juga cuma 2 tahun itupun nggak full. Dia ini
multitalent juga loh, bisa main music (keyboard, gitar) dan nyanyi dengan suara
bagus. Lahh Cici Emilia kalo ngomong aja suaranya fals banget apalagi nyanyi,
main music cuma gonjrang gonjreng gak jelas sama nyuling ga puguh. Ada lagi
yang aku suka dari sosok Cici Amelia, dia ini punya gaya hijab yang sama
denganku. Simple , hanya dengan satu pentul dan satu bros cantik sebagai
pemanis. Lipitan dikepalanya pun hampir sama posisinya dengan lipitan
dikepalaku. Kita juga punya kebiasaan yang sama saat belanja, yaitu ngumpulin
struk belanjaan.
Kemiripan
kita ini sontak membuat orang-orang menyangka bahwa kita ini adalah adik
berkakak,, ups sorry maksudnya kakak beradik. Padahal aslinya kita ini beda
ibu, beda bapak, beda nenek, dan beda kakek. Tak sampai disitu kekagumanku pada
sosok Cici Amelia, adalagi yang membuatku kegirangan sendiri, ternyata Cici
Amelia pun JOMBLO, sama sepertiku. Haha rasanya senang sekali ada yang
menemaniku JOMBLO. Setidaknya aku tidak tengsin pada kembaranku.
Setelah
semua selesai, aku baru sadar bahwa ternyata cerita ini hanyalah fiktif belaka,
kesamaan nama, tokoh, dan tempat , sungguh itu hanya factor imagi semata. Ilusi
ku saja, yang secara logika gak akan pernah terjadi.
So,
“Cici Emilia” never met “Cici Amelia” …
Heheheh
0 komentar:
Posting Komentar